Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kajian UGM: Petugas KPPS Meninggal Bukan karena Diracun

Reporter

Editor

Juli Hantoro

image-gnews
Tim Kampanye Nasional (TKN) Milenial gelar aksi tabur bunga belasungkawa untuk ratusan petugas KPPS yang meninggal dalam tugas di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat pada Ahad, 28 April 2019. TEMPO/Andita Rahma
Tim Kampanye Nasional (TKN) Milenial gelar aksi tabur bunga belasungkawa untuk ratusan petugas KPPS yang meninggal dalam tugas di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat pada Ahad, 28 April 2019. TEMPO/Andita Rahma
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan kajian lintas displin untuk mengungkap penyebab sakit dan wafatnya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS pemilu 2019. Berdasarkan kajian ini, peneliti UGM menyimpulkan bahwa penyebab wafatnya petugas pemilu bukan disebabkan racun.

Baca juga: Sebelum Ditangkap, Rahmat Baequni Minta Maaf Soal KPPS Diracun

"Data kami menunjukkan bahwa semua yang meninggal itu disebabkan oleh penyebab-penyebab natural. Kami sama sekali tak menemukan indikasi misalnya diracun atau sebab-sebab lain yang lebih ekstrem," ujar Tim Peneliti UGM Abdul Gaffar Karim seperti dikutip dalam konferensi pers di kantor KPU, Selasa, 25 Juni 2019.

Kajian dilakukan di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak 20 Mei hingga akhir pekan kemarin, menggunakan metode campuran (mixed-methods), yaitu kuantitatif dengan metode survei dan kualitatif dengan metode deskriptif. Survei ini dilakukan terhadap perwakilan TPS dan petugas pemilu (KPPS, PPS dan PPK) di 400 TPS yang tersebar di DI Yogyakarta.

Sebanyak 400 TPS ini dipilih menggunakan teknik cluster random sampling dari 11.781 TPS di seluruh DIY. Sampel tersebut berfungsi untuk mengestimasi rata-rata beban kerja Petugas Pemilu.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kata Gaffar, petugas KPPS meninggal atau sakit murni karena penyebab natural atau alamiah di mana para petugas tersebut memiliki riwayat penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung, stroke atau gabungan keduanya. Selain itu, kata dia, penyebab lain adalah beban kerja petugas KPPS yang sangat tinggi sebelum, selama dan sesudah hari pemilihan.

"Rata-rata beban kerja petugas KPPS mencapai 20 hingga 22 jam. Selain itu 80 persen dari petugas KPPS yang meninggal ternyata telah memiliki riwayat penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah," ujar dia.

Peneliti lain, Riris Andono Ahmad, menjelaskan bahwa kajian ini menggunakan tiga metodologi, yakni verbal autopsi untuk mencari penyebab kematian, survei potong lintas di tempat pemungutan suara (TPS), serta penelitian kasus kontrol untuk mengetahui penyebab sakit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan hasil verbal autopsi oleh dokter spesialis forensik, kata Riris, ditemukan fakta bahwa 8 dari 10 petugas KPPS yang meninggal memiliki riwayat penyakit diabets, hipertensi, dan jantung serta 90 persen mempunyai riwayat merokok. "Sementara dari temuan survei potong lintas di TPS ditemukan beban kerja petugas berkisar antara 20-22 jam pada hari pelaksanaan pemilu, 7,5 hingga 11 jam untuk mempersiapkan TPS, dan 8 hingga 48 jam untuk mempersiapkan dan mendistribusikan undangan atau formulir C6," ujar Riris.

Baca juga: Duka Keluarga Ketua KPPS Meninggal di Malang: Kesal Karena Hoaks

Kemudian, Riris meyebutkan, juga rata-rata petugas memiliki pekerjaan utama selain menjadi petugas KPPS. Hal tersebut membuat waktu istirahat para petugas KPPS menjadi semakin sedikit. Kurangnya istirahat menyebabkan para petugas kelelahan dan jatuh sakit.

“Dari total 212 pemilu di Jogjakarta baik yang sehat maupun sakit, 80 persen petugas KPPS menilai tuntutan pekerjaan tergolong tinggi. Di samping itu 83 persen memiliki keterlibatan kerja yang tinggi,” ujar dia.

Dari fakta tersebut, ditemukan fakta 89,2 persen dari 74 petugas yang sakit merasa memiliki tuntutan kerja tinggi. Hanya 74,2 persen dari 138 petugas sehat yang merasa demikian. Kondisi tersebut mengakibatkan petugas sakit memiliki tingkat kelelahan lebih tinggi dibanding yang sehat.

Kesimpulan dari hasil riset Tim Peneliti UGM, semua petugas meninggal penyebabnya natural. “Semuanya disebabkan oleh problem kardiovaskular entah jantung, stroke atau gabungan dari jantung dan stroke. kami sama sekali tak menemukan indikasi misalnya diracun, atau sebab-sebab lain yang lebih ekstrim".dew

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

1 hari lalu

Pemantauan UTBK SNBT 2024 di UGM Yogyakarta Jumat 3 Mei 2024. Dok.istimewa
Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.


Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.


Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).


Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

2 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.


Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

2 hari lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Hardiknas, Mahasiswa UGM Demo Tolak UKT yang Memberatkan

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.


Lulus Spesialis Dokter UGM di Usia 27 Tahun, Aulia Ayub Ungkap Kiatnya

2 hari lalu

Aulia Ayub, lulusan termuda dan tercepat Program Spesialis UGM. ugm.ac.id
Lulus Spesialis Dokter UGM di Usia 27 Tahun, Aulia Ayub Ungkap Kiatnya

Aulia Ayub mengungkapkan kiatnya sebagai lulusan termuda dan tercepat dari Program Spesialis UGM dengan IPK 4,00.


Aulia Ayub, Lulusan Termuda dan Tercepat di UGM dengan IPK Sempurna 4

3 hari lalu

Aulia Ayub, lulusan termuda dan tercepat Program Spesialis UGM. ugm.ac.id
Aulia Ayub, Lulusan Termuda dan Tercepat di UGM dengan IPK Sempurna 4

Cerita Aulia Ayub, peraih lulusan termuda dan tercepat dari Program Spesialis Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 4,00.


3 Prodi FMIPA UGM Masuk Peringkat Dunia Versi QS WUR by Subject 2024

3 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
3 Prodi FMIPA UGM Masuk Peringkat Dunia Versi QS WUR by Subject 2024

Ketiga prodi UGM tersebut adalah prodi Matematika, Kimia, dan Fisika.


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

3 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.